Friday, December 14, 2007

Wellcome


"MULIA WAREEH RANUB LAMPUAN"

Tuesday, August 14, 2007

Lam badeuk History

Rapid Rural Appraisal di :

Gampong Lam Badeuk

SEJARAH

Musibah gempa dan gelombang pasang tsunami yang melanda Nanggroe Aceh Darussalam, 26 Desember 2004, yang lalu. Menyisakan duka yang sangat dalam bagi anak negeri yang kehilangan saudara-saudara tercinta, harta benda, dan kehilangan kampung halaman akibat tsunami yang meluluhlantakkan. Musibah dahsyat tersebut menyuarakan teriakan histeris disepanjang pesisir barat Aceh. Sepanjang sejarah, musibah ini dipahami sebagai bencana terbesar setelah satu millinium terakhir. Karena, telah merenggut ratusan ribu nyawa dan sebaran pemukiman penduduk. Ini merupakan catatan sejarah penting yang tak mungkin hilang dari ruang pikir anak negeri.

Lam Badeuk sebagai sebuah kawasan yang terletak di paling ujung barat sumatera juga tidak luput dari amukan musibah tsunami. Kawasan ini secara administratif berada pada kemukiman Lampageu kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar. Mukim Lampageu terdiri dari empat gampong yakni Lampageu, Lam Baro Nejid, Lam Badeuk dan Lam Guron. Dilihat dari sistem pemerintahan pada masa kepemimpinan kesultanan dulu, mukim ini termasuk kedalam sistem pemerintahan sagi XXV[1] yang dipimpin oleh Teuku Muda Abaih Seutia Ulama. Pembagian sistem pemerintahan sagi dipahami untuk mempermudah menjalankan dan mengkoordinir pemerintahan mukim-mukim. Sistem pemerintahan sagi dipimpin oleh seorang Panglima Sagi yang membawahi para ulee balang. Mukim Lampageu sendiri merupakan salah satu mukim yang dikenal dengan pemerintahan VI Mukim karena dipimpin oleh seorang ulee balang yang berkuasa atas enam wilayah mukim.

Dahulunya, masyarakat dikemukiman ini mendiami daratan yang kini telah berubah menjadi lautan. Secara berangsur-angsur masyarakat pindah kedaerah yang relatif lebih aman dari kawasan yang secara perlahan-lahan terkena abrasi air laut. Sekitar tahun 1936, masyarakat Lampageu masih berdomisili didaerah yang kini telah menjadi laut. Pada tanggal empat belas bulan Qamariah [peut blah uroe buleun], mukim ini dikejutkan oleh gempa yang berskala besar yang menggoncang bumi hingga memecah dan membelah tanah, konon kabarnya, mengeluarkan sejenis pasir hitam dari dalam tanah. Gempa tersebut juga mengakibatkan sarana jalan menjadi rusak, namun tidak mengalami kerusakan rumah-rumah penduduk. Karena pada saat itu, semua perumahan berdesain arsitektur Aceh yang berpola rumah panggung yang semua bahannya terdiri dari kayu. Beberapa saat setelah gempa terjadi, air laut naik pasang sampai mengenangi tangga-tangga perumahan penduduk. Akan tetapi, tidak meluluhlantakkan layaknya tsunami yang terjadi di akhir tahun 2004.

Kondisi setelah gempa kian memprihatinkan, pelan-pelan air laut terus menelan kawasan pemukiman.Setahun setelah gempa, air pasang telah membelah kuala kubu Tengku Lam Aron. Ini bertanda peluang air pasang terbuka lebar untuk menemukan ”kekuasan” baru. Semakin mendekat air laut, rasa khawatir untuk menetap secara layak kian terusik, satu demi satu keluarga pindah ke daerah yang dipandang lebih aman. Angin laut pun terus berhempus kencang dan menganggu ketenteraman. Suasana ini menjadi salah satu alasan kesehatan mengapa masyarakat lebih memilih daerah baru untuk menetap. Pada tahun 1940, masyarakat yang masih menetap dikawasan yang terkena abrasi mulai berkurang. Karena kebanyakan dari mereka sudah pindah ke daerah lain. Hingga pada tahun 1942, keseluruhan masyarakat sudah pindah ke daerah yang kini dinamakan Lam Badeuk. Sekalipun Lam Badeuk yang kini ditempati masih bagian dari wilayah Lam Badeuk sebelumnya, namun dahulunya disebut dengan Lampoh sukun [ kebun sukun ], karena ditempat ini banyak ditumbuhi tanaman sukun.

Sulit menemukan rujukan mengapa daerah itu disebut dengan Lam Badeuk. Dari cerita orang tua, dikisahkan disana bahwa terdapat sebuah tempat dimana badak sering berkubang. Secara bahasa dapat diterjemahkan, Lam berarti dataran, istilah ini cenderung digunakan sebagai penunjuk kampung di Aceh Besar, sedangkan Badeuk berarti badak. Dapat dimaklumi bahwa dinamakan demikian karena lokasi ini dahulunya disana ada badak yang sering berkubang.

Profesi mayoritas masyarakat setempat pada zaman dulu adalah petani dan nelayan. Seiring dengan evolusi masa, perkembangan profesi masyarakat mulai menemukan keberagaman. Namun, profesi sebagai petani dan nelayan tetap bertahan hingga sekarang. Karena, secara alamiah wilayah Lam Badeuk berada pada posisi laut, gunung dan persawahan. Jenis pertanian berupa padi, pinang, pala, durian, dan cabai merupakan bentuk kegiatan pertanian yang sudah lama berlangsung.

HARAPAN KEDEPAN

”Berharap lebih baik” merupakan keinginan umum yang dimiliki oleh semua orang. Demikian halnya dengan masyarakat Lam Badeuk. Dorongan keadaan setelah tsunami mendesak masyarakat untuk mendapatkan kondisi yang normal kembali, dimana suasana harmonisasi antar personal menjadi terasa, piranti-piranti ekonomi menjadi berputar, dan semua orang bisa menjalankan kehidupan digampongnya sendiri seperti sediakala. Adalah pengalaman yang sulit dilupakan ketika kekuatan sosial seperti gotong royong dan toleransi telah menyelimuti sebuah kehidupan bermasyarakat, artinya kekuatan tersebut telah mengakar yang pada akhirnya selalu melahirkan semangat persaudaraan yang tinggi.

Demikian juga dengan kondisi alam, dari tahun ke tahun interaksi antara alam sekitar telah menjanjikan kehidupan yang nyaman bagi masyarakat setempat. Masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan telah menjadikan laut yang dekat dengan gampongnya sebagai ladang untuk mencari nafkah. Begitu pula dengan petani yang telah terbiasa menjadikan sawah, kebun dan gunung untuk bercocok tanam dan memanfaatkan beragam sumberdaya.

Adat dan agama merupakan dua variabel yang telah menjadikan kehidupan bermasyarakat lebih teratur. Adat juga telah mendorong terciptanya nilai-nilai yang arif dalam mengatur kehidupan dan pengelelolaan sumber daya alam. Sedangkan agama menanamkan nilai-nilai sakral dalam mengatur hubungan transendental antara manusia dengan Tuhan. Sehingga dari dua variabel tersebut membentuk watak manusia pada posisi yang bermoral. Di Lam Badeuk, meunasah menjadi tempat pelaksanaan kegiatan keagaman dan kegiatan sosial lainnya. Ini dapat dipahami bahwa meunasah merupakan tempat pembentuk moral keagamaan dan penyelesaiaan masalah kemasyarakatan. Disamping itu, balai pengajian juga memiliki fungsi yang relatif sama dengan meunasah hanya saja balai tersebut tidak dijadikan tempat pelaksanaan shalat jamaah secara permanen. Bagi kaum ibu-ibu dan perempuan balai pengajian memiliki makna tersendiri, karena memang di Lam Badeuk balai pengajian ini diperuntukkan bagi mereka untuk memperdalam pemahaman keagamaan. Kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya seperti PKK, kelompok Karang Taruna, Dalail al-Khairat, kelompok kerajinan dan kelompok pengajian bapak-bapak merupakan potensi-potensi yang perlu dipertahankan.

Dari kajian secara partisipatif yang dilakukan di Lam Badeuk dengan menggunakan metode metaplan card, ditemukan beberapa harapan masyarakat kedepan atas gampongnya sebagai berikut :

  1. Masyarakat bisa kembali ke kampungnya untuk sama-sama membangun kembali.
  2. Tertatanya kembali lembaga lokal yang mandiri.
  3. Terciptanya kembali area gampong yang hijau, asri dan tanaman pantai.
  4. Ingin pembangunan rumah yang cepat dan tak ada hambatan.
  5. Ingin membangun desa lebih baik daripada hari-hari sebelum tsunami agar masyarakat hidup lebih baik.
  6. Ingin membangun sarana jalan agar memudahkan transportasi.
  7. Pemuda-pemuda bisa lebih bersemangat untuk membangun gampongnya.
  8. Para pemuda setelah menikah agar menetap digampongnya.
  9. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
  10. Membangun adat-adat kampung seperti dulu.
  11. Membangun rasa sosial.
  12. Membangun persatuan dan kesatuan.
  13. Memperbaiki lahan perkebunan.
  14. Memperbaiki areal sawah.
  15. Memperbaiki sumber daya ekonomi masyarakat.
  16. Menjamin pendidikan anak-anak.
  17. Memperbaiki tanggul irigasi sawah.
  18. Adanya tanggul air asin.
  19. Membangun kembali tempat ibadah.
  20. Membangun tambak.
  21. Membangun kantor desa dan gedung PKK
  22. Air bersih yang baik.
  23. Ingin menanam cabe, cengkeh dan memelihara udang seperti dulu lagi.

MASALAH YANG DIHADAPI

Masalah disini dibatasi pada mengapa masyarakat Lam Badeuk masih memilih tinggal di barak dan belum mau kembali ke gampong. Kondisi mukim Lampageu enam bulan setelah tsunami, memperlihatkan perkembangan yang lumayan positif karena tiga gampong dari empat gampong di mukim tersebut telah kembali ke kampung halamannya. Namun, Lam Badeuk sebagai salah satu gampong dari mukim tersebut belum kembali ke kampung dan masih menetap di barak.

Kondisi Lam Badeuk pasca tsunami memang sungguh memprihatinkan, tidak ada satupun rumah dan insfrastruktur gampong yang tersisa. Semuanya tersapu bersih ! Bahkan sarana jalan menjadi terputus, begitu pula dengan kawasan pantai dan hutan manggrove menjadi hancur dan tidak menyisakan sebatang pohon pun yang masih sempurna. Tsunami itu telah meluluhlantakkan semua pemukiman di Lam Badeuk termasuk ratusan korban nyawa, didalamnya termasuk para ulama serta tokoh-tokoh yang sedianya bisa dijadikan rujukan untuk mendapatkan banyak pengetahuan dari mereka.

Akibat tercabutnya akar manggrove berdampak pada tidak adanya lagi penghalang angin laut dan langsung mengenai areal pemukiman yang kini telah hancur, tidak terkecuali dengan air pasang yang kini telah merembes ke pemukiman. Sisi lain yang mengkhawatirkan masyarakat pasca tsunami adalah jaminan pendidikan bagi anak-anak, karena gedung sekolah juga ikut hancur.

Puskesmas pembantu yang biasa dimanfaatkan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan juga amburadul akibat tsunami, serta beberapa orang bidan dan tenaga medis gampong meninggal pada musibah itu berlangsung. Kondisi ini semakin menjadikan masyarakat khawatir pada persoalan kesehatan yang sangat krusial bila menetap di gampong pada masa-masa darurat ini. Dari sisi ekonomi pun, areal persawahan Blang Kala ± 40 Ha tertutup oleh pasir yang tebal pada saat terjadi tsunami, pasir ini dibawa dari kawasan pantai yang telah hancur. Memang, perlu proses dan usaha yang giat untuk menata ulang kawasan persawahan.

Berikut ini, beberapa masalah yang dikaji bersama masyarakat dengan metode diskusi dan media metaplan card ;

  1. Masalah anak-anak terabaikan
  2. Angin semakin kencang, bisa sakit.
  3. Belum ada jaminan hidup.
  4. Sarana dan prasarana hancur.
  5. Akses transport sulit.
  6. Kesehatan bayi, balita, yang peka pada kondisi alam pasca tsunami.
  7. Orang tua masih trauma.
  8. Anak-anak sulit kesekolah.
  9. Gampong hampa, tidak ada lagi pohon.
  10. Air laut semakin dekat dengan pemukiman.
  11. Gampong tidak aman, sering kontak senjata.
  12. Susah jumatan, karena masjid ikut hancur.
  13. Ibu-ibu yang memiliki anak bayi, kurang terjamin kesehatannya.
  14. Bila banjir, air dari gunung meluap le gampong
  15. Rumah belum ada.
  16. Sudah merupakan keputusan bersama.

Kajian soal kekhawatiran diatas dilakukan dengan audiens (sample) terbatas, karena dilaksanakan di gampong. Sementara masyarakat Lam Badeuk masih mengungsi di barak. Untuk menyempurnakan persoalan dan kekhawatiran yang mereka hadapi, kajian tentang ini juga di lakukan di barak dengan audiens yang lebih banyak. Namun, kajiannya dibatasi pada persoalan dilema yang mereka hadapi dan frekuensi bantuan yang mereka terima selama disana.

Ada beberapa temuan yang diungkapkan masyarakat melalui metaplan card di barak :

  1. Kami disini nyaman karena kami disini kami tidak bisa kerja dan mencari uang karena kami ini kerjanya kelaut dan ke kebun. Kami ingin cepat pulang dan memiliki tempat tinggal di kampung kalau bisa lebih cepat lebih bai, kami tidak sanggup tinggal di barak.
  2. Jadup tidak dibagikan lagi, air berkurang, lapangan kerja berkurang.
  3. WC tersumbat, kalau hujan barak tergenang air atau becek.
  4. Ukuran kamar sempit hingga kami harus tidur di meunasah (balai) dan digigit banyak nyamuk.
  5. Lauk pauk tidak enak, kalau di gampong bisa mencari sendiri ke laut atau ke sungai.
  6. Kesehatan anak-anak terganggu dan saat ini mulai demam.
  7. Pengungsi dibarak sudah kurang diperhatikan lagi oleh pemerintah.
  8. Anak-anak kami kekurangan gizi.
  9. kami sulit untuk bekerja.

Selain itu, kajian partisipatif dengan metode yang sama juga menyoroti soal kegiatan-kegiatan mereka selama mengungsi. Baik kegiatan ibu-ibu, anak-anak serta kegiatan masyarakat secara umum. Berikut ini tabel penerimaan bantuan dan kegiatan mereka selama di barak :

Tabel Kegiatan Warga Lam Badeuk di barak pengungsian :

NO

Kegiatan

Peserta

Pelaksana

Keterangan

1

Pengajian Ibu-Ibu

Ibu-ibu, anak gadis

MPU


2

Sekolah Ceria

Anak-Anak

Dompet Dhuafa


3

Sembahyang Jamaah

Seluruh Pengungsi

Inisiatif


4

Pengajian Anak

Anak-Anak

Tengku Gampong


5

TPA Anak-Anak

Anak-Anak

BKPRMI


6

Dalail al-Khairat

Pemuda Gampong

Pemuda


7

Layang-Layang

Remaja dan Anak2

BULOG


Tabel Penerimaan Bantuan di barak pengungsian :

NO

Pemberi Bantuan

Jenis Bantuan

Frekuensi

Penerima Manfaat

Keterangan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Presiden RI

RCTI

TPI

SCTV

USAID

OXFAM

Unicef dan DKP

CARE

World Vision

Biskuit, Indomie, dll

TV dan Indovision

- Uang

- TV &

Parabola

TV

TV

Fasilitas air bersih

Pembesihan barak

- Hygyne Kit

- Sws

- Jerigen

- Logistik

- Timba plastik

1 kali

1 set

Rp. 250 Juta

1 unit

1 unit

1 unit

1 / barak

1/minggu

1 set / kamar

Tiap bulan

1 kali

Pengungsi

Pengungsi

Pengungsi

Warga Gampong Lokasi barak

Pengungsi

Pengungsi

Pengungsi

Pengungsi

Pengungsi


10

11

Surat Kabar

BKKBN

- selimut

- alat bersih

- kompor

Uang

- Higyne Kit

1 kali

1 kali

1 kali

350000 / kamar

1 kali

Pengungsi

Pengungsi


12

13

14

15

16

17

BULOG

Cola-Cola

Dawne

DEPSOS

KPI

LANUD

- Pengeras

suara.

- Peminjam-

an Honda

- Layangan

- Pakaian

- Mukena

- Jilbab

Minuman Kemasan

Aqua

Alat Masak

Tupper Ware

Baju Bekas

1 set

1 buah

1 kali

1 kali

1 kali

1 kali

600 Dus

480 Dus

1 kali

1 set / kamar

1 stel / orang

Pengungsi

Pengungsi

Pengungsi

Pengungsi

Pengungsi

Pengungsi


POTENSI

SUMBER DAYA ALAM

Masyarakat Lam Badeuk pernah merasakan kejayaan cengkeh pada periode tahun 1975 hingga akhir tahun 1988. Kondisi ini sangat menjadikan masyarakat setempat memiliki kepuasan secara ekonomi. Karena harga cengkeh pada saat itu sangat melonjak sementara harga barang-barang masih relatif sangat murah, cengkeh tumbuh subur dan mendapatkan hasil panen yang banyak.

Secara geografis, kondisi alam di Lam Badeuk berada pada posisi yang sangat strategis terutama secara ekonomi. Gunung, sawah, sungai dan laut berdiri mengitari gampong Lam Badeuk. Gunung dan sawah memiliki tingkat kesuburan tanah yang tinggi, sementara disungai sangat cocok untuk budidaya udang windu, bandeng dan budidaya ikan lainnya. Di sawah, sepanjang tahun, padi tumbuh subur hanya kebiasaan masyarakat setempat hanya menami padi sekali dalam setahun.

Di gunung, tananan cabai rawit, jagung, ubi, lada, juga tumbuh begitu subur. Begitu pula dengan jenis tanaman tua seperti pala, durian, rotan, nangka, manggis, kemiri, durian dan lai sebagainya.

Diperhatikan dari potensi sumber daya alam, Lam Badeuk memiliki kekayaan yang sangat luar biasa. Tentunya, keadaan ini akan mendatangkan sumber ekonomi yang baik pula bagi masyarakat apabila pengelolaannya dilakukan dengan baik pula. Air bersih sebagai kebutuhan utama bagi kehidupan, juga terdapat di Lam Badeuk. Bila sumber mata air diarahkan dengan baik, maka akan tercukupi untuk masyarakat dalam satu mukim. Namun, karena masyarakat setempat juga mengandalkan sumber air bersih dari sumur maka pemanfaatan sumber air bersih dari mata air cenderung diabaikan.

Untuk lebih memudahkan kita melihat muatan sumber daya alam di Lam Badeuk, berikut ini ditampilkan melalui tabel sebelum dan sesudah tsunami :

NO

SUMBER

HASIL

FREKUENSI

KET

PRA

PASCA

1

GUNUNG

Pinang (1970)

byk

sdkt


Cengkeh (1988)

byk

sdkt


Durian

sdg

sdg


Pala

byk

byk


Cabe Rawit

-

-

temporer

Rotan

sdg

sdg


2

KEBUN

Kelapa

byk

sdkt


Pisang

sdg

abis


Pepaya

sdg

abis


Ubi

sdg

sdkt


Sukon

sdg

abis


Pinang

sdg

sdkt


3

SAWAH

Padi Serangkoh (6 bln)

byk

abis


Padi Si Kuning (6 bln)

byk

abis


Padi Si Merah (6 bln)

byk

abis




Padi P5

byk

abis


Padi P4

byk

abis


Padi P100 hari

byk

abis


4

TAMBAK

Udang Windu

byk

sdkt


Ikan Bandeng

byk

sdkt


5

SUNGAI / KRUENG

Hutan Bakau

byk

abis


Kepiting

byk

byk


Kerang

sdg

sdg


Tiram

byk

abis


Udang

byk

sdg


Bare

byk

abis


Ikan

byk

byk


Rajungan

byk

sdg


6

LAUT

Ikan

byk

byk


Rajungan

byk

sdg


Kerapu

byk

byk


Lopster

byk

sdg


Hiu

sdg

sdg


Udang

byk

byk


Penyu

sdg

sdg


7

PANTAI

Cemara

byk

abis


Seke

byk

abis


Bak Getoi

byk

abis


Pohon Bunot

byk

abis


Bak Bem

byk

abis


8

BINATANG GUNUNG

Babi Hutan

byk

byk


Monyet

byk

byk


Kijang

sdkt

sdkt


Kancil

sdkt

sdkt


Burung

sdg

sdg


Ular Kobra

sdkt

sdkt


Ular Piton

sdkt

sdkt


Landak

byk

byk


9

HEWAN TERNAK

Kerbau

byk

sdg


Lembu

byk

sdg


Kambing

byk

abis


Tabel Luasan Lahan :

No

Nama Lahan

Frekuensi

Keterangan

angka

satuan

1

Tambak Gampong

10

Ha


2

Tampong Pribadi

10

Ha


3

Sawah

40

Ha


SUMBER DAYA MANUSIA

Hampir 78 persen masyarakat Lam Badeuk menjadi korban pada musibah gempa bumi dan gelombang pasang tsunami. Lam Badeuk kehilangan sumber daya manusia yang banyak pasca musibah tersebut berlangsung. Terutama sumber daya manusia yang potensial seperti orang tua yang memahami adat, tengku-tengku yang paham mengenai hukum agama, pedagang, petani, nelayan, guru, pns, anak-anak sekolah, mahasiswa, maupun tenaga medis yang biasa menangani orang-orang sakit maupun orang hamil yang akan melahirkan.

Dampak dari kehilangan sumber daya tersebut sungguh mengganggu stabilitas kehidupan bermasyarakat. Sehingga tanpa disadari, sepintas, mereka yang selamat dari musibah tsunami tanpa arahan dari orang tua yang sudah berpengalaman akan berakibat lamban saat mengambil suatu keputusan. Lebih lagi, masyarakat juga kehilangan sosok panutan yang bisa diserahkan suatu urusan. Kondisi ini sangat berdampak pada kesulitan-kesulitan pananganan masalah kemasyarakatan serta menggerakkan masyarakat untuk melakukan suatu kegiatan.

Sumber daya manusia adalah potensi mutlak yang harus dimiliki oleh suatu masyarakat, semakin besar potensi tersebut maka semakin besar pula kemungkinan masyarakat tersebut untuk berkembang dan maju. Keahlian satu orang dengan orang lain tentunya memiliki perbedaan, memadukan keahlian yang berbeda-beda itu akan tampak sempurna dalam memenuhi kebutuhan orang banyak. Keahlian dukun patah, ahli membuat kue khas Aceh, tukang buat rumah, dan keahlian-keahlian spesifik lainnya adalah barang langka yang sedianya bisa diwarisi untuk anak-anak cucu. Namun, belum lagi ilmu tersebut diwarisi, musibah dahsyat telah datang dan merenggut nyawa mereka.

NO

Penjelasan

Jumlah

Ket

PRA

PASCA

1

Jumlah Penduduk

782

182

Menurun

2

KK

112

48

Menurun

3

Laki-Laki

359

92

Menurun

4

Perempuan

423

90

Menurun

5

PNS

15

6

Menurun

6

Tengku

5

1

Menurun

7

Nelayan

8

3

Menurun

8

Petani

315

75

Menurun

9

Peternak

38

15

Menurun

10

Tukang

7

3

Menurun

11

Guru

18

5

Menurun

12

Dukun

2

0

Menurun

13

Bidan

2

0

Menurun

14

Petambak

25

7

Menurun

15

Pengrajin Sulam

10

2

Menurun

16

Penjahit

6

2

Menurun

17

Pedagang

12

5

Menurun

20

Anak-Anak SD

196

32

Menurun

21

Balita

24

9

Menurun

22

Remaja

77

28

Menurun

SUMBER DAYA BUATAN

Sebagai sebuah pemukiman, Lam Badeuk tentunya memiliki sarana dan prasarana yang mendukung. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam menjalani berbagai aktifitas dalam kehidupan sehari-hari. Sumber daya buatan tersebut termasuk kedalam potensi tersendiri dan juga memiliki makna yang berarti dalam kehidupan bermasyarakat. Meunasah, misalnya, bisa dikatakan sebagai ikon tempat dalam menyelesaikan berbagai persoalan kemasyarakatan. Begitu pula, dengan balai pengajian, sekolah, puskesmas pembantu, serta balai PKK sangat mendukung berbagai aktifitas kemasyarakata, baik fungsinya sebagai tempat untuk pendidikan, pelayanan kesehatan maupun untuk hal-hal yang lainnya.

Musibah tsunami yang melanda Lam Badeuk, telah meluluhlantakkan semua sumber daya buatan yang terdapat didalamnnya. Sehingga dapat dipahami, masyarakat disana kehilangan tempat untuk melaksanakan berbagai kegiatan, hal ini juga sangat mengganggu stabilitas kegiatan masyarakat. Padahal dalam kebiasaan masyarakat Aceh, semua sumber daya buatan tersebut memiliki keterikatan yang erat dengan kehidupan.

Tabel berikut menampilkan sumber daya buatan Lam Badeuk yang hancur akibat tsunami :

NO

Nama SDB

Jumlah

Ket

PRA

PASCA

1

Sarana Jalan

Bagus

Putus

Rusak

2

Meunasah

1

0

Hancur

3

Sekolah

1

0

Hancur

4

Kantor Desa

1

0

Hancur

5

Kantor PKK

1

0

Hancur

6

Balai Pengajian

1

0

Hancur

7

Puskesmas Pembantu

2

0

Hancur

8

Kedai

10

0

Hancur

9

Rumah

78

0

Hancur

10

Gudang

2

0

Hancur

11

Lorong

8

0

Hancur

12

Jembatan

2

2

Hancur

13

Pos Ronda

2

0

Hancur

14

Lapangan Volley

1

0

Hancur

15

Bak Air

7

0

Hancur

16

WC Umum

5

0

Hancur

17

Tempat Wudhuk

3

0

Hancur

18

Sumur Bor Umum

1

0

Hancur

19

Sumur

40

3

Hancur

SUMBER DAYA SOSIAL

Sebelum tsunami, secara umum dalam masyarakat Lam Badeuk dikenal ada dua kegiatan kegiatan sosial yakni keureuja udeup ( kerja hidup) dan keureuja matee (kerja mati). Kedua kegiatan memiliki filosofi yang luas, jadi tidak bisa dipahami secara terminologi belaka. Akan tetapi, memiliki muatan makna dan penjabaran yang luas.

Kategori keureuja udeup dapat dimisalkan seperti gotong royong, kanduri [pesta perkawinan, maupun peringatan hari-hari besar keagamaan atau peringatan upacara adat], maupun kegiatan-kegiatan sosial lainnya yang dikerjakan secara swadaya. Sedangkan Keureuja Matee dapat dipahami sebagai kegiatan-kegiatan yang tergolong kedalam fardhu kifayah, yaitu kegiatan yang berkaitan dengan orang meninggal dunia dan keluarga duka yang ditinggalkan. Contoh dari keureuja matee seperti mengunjungi orang yang meninggal, memandikan mayat, mengafankan mayat, mendoakan, menguburkan, samadiah [tahlilan] selama 5 malam, membantu keluarga duka pada kanduri penutupan samadiah, serta membaca doa dirumah duka.

Selain keureuja udeup dan keureuja matee, di Lam Badeuk juga terdapat kelompok masyarakat tertentu yang memiliki aktifitas-aktifitas. Kelompok-kelompok tersebut terdiri dari kelompok dalail al-Khairat, kelompok karang taruna, kelompok tani, kelompok PKK, kelompok pengajian maupun kelompok rapai yang terdapat pada zaman dulu. Namun kelompok rapai tersebut kini hilang karena tidak adanya pewarisan kepada generasi berikutnya.

Dalam menjalankan pemerintahan dan pengelolaan sumber daya alam gampong, juga terdapat lembaga-lembaga adat seperti keuchik, sekdes, tuha peut, tuha lapan, imam meunasah, kepala dusun, keujruen blang, dan peutua glee. Struktrul lembaga pemerintahan dan lembaga adat Lam Badeuk dapat dilihat pada tabel berikut :


Tabel Peran Lembaga Pemerintaha Gampong :

NO

Jabatan Adat

Tugas

Ket

1

Keuchik

- Menjalankan Pemerintahan

- Menjalankan adat gampong

- Mensejahterakan masyarakat

- Berkoordinasi dengan pihak luar.

- Mengkoordinir setiap aktifitas masyarakat banyak

- Melindungi masyarakat.


2

Sekdes

Bertanggungjawab atas :

- Administrasi gampong

- Surat menyurat

- Database gampong

- Mewakili Keuchik pada moment tertentu


3

Tuha Peut

Bertanggung Jawab :

- bertindak sebagai dewa pertimbangan gampong.

- Mengontrol kebijakan keuchik

- Menyelesaikan sengketa

- Memajukan gampong

- Menegur Keuchik

- Menjalankan adat dan agama

- Memberi masukan kepada keuchik.


4

Imeum Meunasah

Bertanggung Jawab atas :

- pelaksanaan agama di gampong

- Mengkoordinir shalat jamaah

- Bertanggung jawab atas fardhu kifayah

- Menghidupkan pelaksanaan syariat Islam

- Pendidikan agama

- Pengelolaan harta agama, seperti zakat, infaq dan sedekah

- Pernikahan, harta warisan, dan urusan rumah tangga.


5

Kepala Dusun

Bertanggung jawab :

- Menjaga ketertiban dusun

- Menyelesaikan sengketa ditinggkat dusun

- Menjaga keamanan dusun

- Menjaga wibawa dusun


6

Keujruen Blang

Bertanggung Jawab atas :

- Pelaksanaan adat blang

- Penentuan hari bercocok tanam.

- Pembagian air disawah (irigasi)

- Menyelesaikan sengketa di sawah.

- Memberi sanksi kepada petani yang melanggar adat di sawah


7

Peutua Glee

Bertanggung jawab atas :

- Pelaksanaan adat di sawah

- Penentuan waktu bercocok tanam

- Menjaga pelestarian hutan dan tanaman sumber mata air.

- Memberi sanksi kepada pelanggar adat di gunung.


SUMBER DAYA EKONOMI

Secara umum, pendapatan masyarakat pasca tsunami menurun drastis. Karena mereka kehilangan sumber mata pencaharian. Dahulunya, masyarakat Lam Badeuk bisa memanfaat sumber daya alam untuk memenuhi perekonomian mereka. Bahkan, mereka sebelum ekonomi bisa memanfaatkan hasil pendapatan mereka untuk membiayai kehidupan sehari-hari, biaya pendidikan anak-anak, kebutuhan rumah tangga serta bisa menyisihkan sebagian darianya untuk menabung dan membeli emas.

Secara ekonomi masyarakat Lam Badeuk sangat diuntungkan dengan kondisi alam yang sangat strategis. Untuk memenuhi lauk pauk dan sayur, misalnya, dapat diperoleh dari laut dan gunung tanpa harus membeli kepasar. Hal ini merupakan pola penghematan yang alamiah. Begitu pula untuk cadangan beras selama setahun, dapat terpenuhi dari hasil persawahan.

Berdasarkan pengakuan masyarakat setelah tsunami, perekonomian mereka sangat menurun. Dan hari-harinya, mereka hanya mengharapkan bantuan dari pihak luar baik logistik maupun yang lainnya. Namun, selama dua bulan terakhir ekonomi mereka secara umum dapat terpenuhi dari kegaiatan cash for work yang diadakan oleh lembaga-lembaga swadaya tertentu. Mereka menyadari bahwa kondisi seperti ini tidak akan bertahan lama.

Berikut ini beberapa fakta yang ditulis masyarakat dengan menggunakan media metaplan card :

  1. Setelah tsunami perekonomian kami tak menentu, untuk bercocok tanam, lahan sudah rusak, nelayan perahunya tidak ada lagi. Sekarang ekonomi kami jauh dibandingkan dulu.
  2. Sebelum tsunami ekonomi kamu relatif stabil
  3. Sekarang kami hanya mendapatkan uang dari kegiatan cash for work
  4. Dulu kami bisa mencari kepiting dan cari ikan di laut. Mencari rotan ke hutan serta bisa menanam cabai.
  5. Warga Lam Badeuk sebelum tsunami bisa mengolah hasil alam yang ada.
  6. Setelah tsunami kadang-kdang ada kerja kadang tidak, keuangan menipis.

Tabel berikut ini memperlihatkan keadaan produksi ekonomi sebelum tsunami terjadi :

NO

Produksi

Rincian

Ket

Masa Panen

Harga

Pasar

Freq

1

Padi

3-6 bulan

2500/kg

Tidak jual

600 kg/ 2000 m3


2

Cabai

6 bulan

700-1500 /kg

Banda Aceh

300 kg / minggu/orang


3

Durian

1 X tahun

1500/buah

Banda Aceh

200 buah /pohon


4

Rotan

10 x / bulan

3000/kg

Banda Aceh

10 kg / hari /orang


5

Udang

4 bulan

70000/kg

Medan,

Banda Aceh

1 ton / petak


6

Ternak

- Sapi

- Lembu

- Kambing

- Ayam

temporer

temporer

Banda Aceh

Rata-rata


7

Tiram

1 x minggu

10000/ kg

Banda Aceh

30 kg /minggu


8

Ikan

5 x minggu

10000/kg

Banda Aceh

350 kg / minggu


TRANSEK

Gelombang tsunami yang berkekuatan 900 km/ jam serta berketinggian 25 meter telah memporak-porandakan lanscape kawasan di gampong Lam Badeuk. Terutama kawasan pantai, hutan manggrove, areal tambak, pemukiman penduduk, areal persawahan, serta kawasan perkebunan masyarakat. Sehingga kondisi alam di Lam Badeuk pasca tsunami menjadi porak poranda dan hancur. Akibatnya, hampir semua kawasan yang terkena dampak tsunami memerlukan penanganan yang serius. Sebelum terjadi musibah tsunami, kawasan Lam Badeuk memiliki keindahan tersendiri dan muatan sumber daya alam yang mencukupi kebutuhan masyarakat setempat.

Fasilitas-fasilitas umum pun tidak luput dari amukan keganasan tsunami.Akibatnya semuanya menjadi hancur dan tidak dapat dilihat lagi. Dampak dari kehancuran alam pasca tsunami mempengaruhi ekosistem dan habitat makhluk hidup kebanyakan. Sehingga kondisi ini juga berkaitan erat dengan pendapatan perekonomian masyarakat setempat. Rusaknya kawasan pantai berakibat pada hilangnya kawasan bagi masyarakat untuk menjala dan menggunakan pukat darat. Begitu dengan rusaknya area hutan manggrove berakibat pada hilanya tempat untuk perkembang biakan tiran dan jenis ikan-ikan tertentu.

Berikut ini transek Lam Badeuk Sebelum tsunami :


TATA GUNA LAHAN

Hutan

Kebun

Sawah

Pemukiman

Tambak

Bakau

Pantai

Laut

Pemilik

Negara, Mukim

Masya-rakat

Masya-rakat

Masya-rakat

Gampong dan Pribadi

Gam-

pong

Gam-

pong

Mukim dan gamp-ong

SDA

Cengkeh, pala, durian, pala, cabai

Pala, ubi, sayur, kelapa, pisang

Padi, kacang kuning dan hijau, semangka, cabai

Pisang, jambu, ubi, sukun, mangga, nangka

Udang, bandeng

Bakau, kepiting, ikan, tiram, karang

Pasir, ikan, udang, kepiting, cemara.

Ikan, karang dan lain-lain

SDB

-

Irigasi, balai

irigasi

Rumah, kantor desa, pustu, balai, meunasah, gudang.

Tambak, balai, gudang pakan

tanggul

-

-

Kwalitas Air

baik

baik

baik

baik

asin

asin

asin

asin

Permasa-lahan

Penebangan pohon, ladang pindah-pindah

Babi hutan, monyet

Babi huta, monyet, keong emas, irigasi tidak bagus

Abrasi air asin

Virus udang

Pengam-bilan kulit bakau akibatnya bisa mati

-

Pengebo-man

Penyebab

Kurang sesadaran, ekonomi terjepit

Faktor ekternal

Faktor ekternal

Tanggul kurang bagus

Sulit mengata-sinya

Aturan kurang ketat

-

Aturan lemah, kesadaran kurang

Transek sesudah tsunami :

TATA GUNA LAHAN

HUTAN

KEBUN

SAWAH

PEMUKIMAN

TAMBAK

BAKAU

PANTAI

LAUT

Pemiliki

Umum dan Pribadi

Pribadi

Pribadi dan umum

Umum dan Pribadi

Gampong dan pribadi

Gampong

Gampong

Gampong

SDA

Durian, rotan, pala, cabai, dan kayu

Pala, kelapa

Sudah berpasir

Gundul

hancur

tercabut

hancur

Bagus

SDB

-

-

-

hancur

hancur

hancur

hancur

Bagus

Kwalitas Air

Ada Mata Air

bagus

-

Rada2 asin

asin

asin

asin

asin

Permasalahan

-

Tapal batas buram

Pematang tertutup pasir

Tapal batar kabur

Pematang hancur

Akar tercabut

Hancur, cemara tercabut

Bagus

Penyebab

-

tsunami

tsunami

tsunami

tsunami

tsunami

tsunami

tsunami

PENUTUP

Dari metode diskusi, penggunaan metaplan card, serta media transek untuk melihat kerusakan sumber daya alam. Maka informasi yang ditemukan dari masyarakat menujukkan bahwa hampir 90 persen fasilitas sarana dan prasarana Lam Badeuk hancur akibat amukan gelompang pasang tsunami. Serta menelan korban jiwa sebanyak 600 orang.

Dari kajian wilayah tersebut ditemukan pula bahwa area persawahan, tambak, serta area produksi ekonomi lainnya mengalami kerusakan yang parah. Untuk membangun Lam Badeuk kedepan, diperlukan penanganan yang serius baik dalam pembangunan sarana fisik maupun pembangunan sarana sosial dan spiritual.



[1] Dinamai sagi XXV karena membawahi 25 mukim, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah koordinasi pemerintahan mukim yang dijalankan pada masa pemerintahan kesultanan Iskandar Muda.